DARI ROCK & GOAL ke ROCK & BULL
Kamis, 13 Februari 2025

Jakarta, Hangoutproject.id - Berbicara tentang olahraga atau hobi, tak lengkap rasanya tanpa menyebutkan penggemar yang setia. Dari kumpulan penggemar itulah lahir komunitas-komunitas yang menjadi wadah bagi mereka untuk berkumpul, berbagi, dan tumbuh bersama.

 

Begitu pula dengan permainan darts, yang pertengahan tahun 2000-an mulai memasuki Indonesia dan dengan cepat menemukan tempat dihati banyak orang. Seiring dengan perkembangan mesin darts yang mudah ditemukan, bermunculan berbagai komunitas, salah satunya Rock & Bull

 

Komunitas yang ber-homebase di Jakarta Utara ini tidak hanya bertahan, namun terus berkembang meski menghadapi tantangan besar seperti pandemi COVID-19 yang melanda dunia. Ketika banyak komunitas lainnya terpaksa bubar, Rock & Bull berhasil menjaga semangat dan kekompakan anggotanya. Sebuah kekuatan yang tercermin jelas dalam setiap langkah dan perjuangan komunitas ini. 

 

Asal-usul Nama: Dari Rock & Goal ke Rock & Bull 

Nama Rock & Bull tidak lahir begitu saja. Sebagaimana cerita yang dibagikan oleh Stanley Venedikt (founder Rock & Bull), nama ini terinspirasi oleh sebuah tempat bernama Rock & Goal, yang menjadi rumah pertama bagi para anggota komunitas. “Kami mengganti kata ‘goal’ dengan ‘bull’ yang merupakan sasaran utama dalam permainan darts, yakni bullseye” ujar Stanley. Begitulah awal mula komunitas ini terbentuk dan nama Rock & Bull digunakan hingga saat ini.

 

Bermula Stanley dan temannya, Winata, yang sering bermain di Rock & Goal, perlahan komunitas ini berkembang. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak wajah baru yang bergabung, termasuk Jordhie, Citra, dan Ade. Mereka tak hanya bermain darts bersama, namun juga berbagi kebersamaan di luar arena, membangun ikatan yang lebih dalam layaknya sebuah keluarga besar. 

 

Visi dan Misi: Lebih dari Sekedar Permainan

Rock & Bull sejak awal mengusung visi sederhana: menciptakan sebuah komunitas yang tidak hanya menjadi tempat bermain darts, tetapi juga sebagai tempat membangun hubungan kekeluargaan yang solid.

 

Seperti yang diungkapkan oleh Stanley, komunitas ini ingin menjadi lebih dari sekedar tempat berlomba meraih kemenangan, melainkan juga tempat di mana anggotanya bisa saling mendukung satu sama lain, baik di dalam maupun di luar permainan.

 

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, visi tersebut semakin berkembang. Jorhie Indra, kapten yang saat ini memimpin komunitas ini, menambahkan, “Kami lebih fokus pada pengembangan komunitas yang sehat dan solid, bukan hanya kemenangan semata. Kemenangan akan datang jika semua anggota saling mendukung dan menjaga kekompakan.” 

 

Misi Rock & Bull saat ini adalah memperkenalkan permainan darts lebih luas kepada masyarakat, mengajak pemain baru, dan menyelenggarakan lebih banyak acara yang dapat mempererat tali persaudaraan antar pemain. 

 

Jordhie: Kepemimpinan dengan Empati 

Keberadaan Jordhie sebagai kapten bukan hanya sekedar peran formal. Ia adalah sosok yang sangat peduli dengan perkembangan komunitas ini, serta permainan darts di Indonesia secara keseluruhan. Menurutnya, darts bukan hanya tentang kemenangan dalam pertandingan, melainkan juga tentang membangun persahabatan yang abadi di antara sesama pemain.

 

Rock & Bull harus bangkit dan berkembang. Darts itu lebih dari sekedar permainan, tapi juga tentang bagaimana kita menjaga hubungan baik dan saling peduli satu sama lain.” ujar Jordhie. 

 

Meskipun sebagai kapten, Jordhie menekankan bahwa setiap keputusan penting yang diambil tetap merupakan hasil diskusi bersama. Sebagai sebuah komunitas, semua suara anggotanya sangat dihargai. 

 

Menghadapi Pandemi: Kekompakan yang Tak Tergoyahkan 

Saat pandemi COVID-19 mengguncang dunia, banyak komunitas yang terpaksa terhenti, kehilangan anggotanya, bahkan ada yang bubar. Namun bagi Rock & Bull, pandemi justru menjadi ujian bagi kekuatan kekeluargaan mereka.

 

Meski mesin darts sulit dijangkau dan bermain di luar rumah menjadi terbatas, komunikasi tetap terjalin dengan baik melalui grup WhatsApp. Anggota komunitas ini tetap menjaga kebersamaan, berbincang-bincang, dan mendukung satu sama lain meskipun jarak fisik memisahkan mereka.

 

“Keberadaan Rock & Bull tetap solid karena kami saling memahami dan tidak ada yang toksik di antara kami.” kata Stanley dengan penuh keyakinan.

 

Prestasi dan Harapan: Menuju Masa Depan yang Lebih Gemilang

Sejak mengikuti turnamen pertama mereka pada tahun 2016, komunitas ini sudah menunjukkan taringnya. Pada Kejuaraan Super League, mereka berhasil meraih posisi runner-up. Momen itu menjadi pengalaman berharga karena mereka bersaing dengan tim-tim yang sudah lebih berpengalaman. Salah satu pencapaian yang paling berkesan adalah ketika mereka menjuarai turnamen Super Home Shop, sebuah kompetisi yang hanya memperbolehkan empat pemain dari setiap home shop untuk berpartisipasi.

 

“Keberhasilan itu sangat berarti bagi kami. Kami mengalahkan tim-tim hebat dan mencatat sejarah.” ujar Stanley dengan penuh kebanggaan.

 

Namun, meski sudah meraih prestasi, harapan terbesar Rock & Bull adalah untuk semakin memperkenalkan darts kepada masyarakat luas, terutama kepada generasi muda. Jordhie berharap “Semoga semakin banyak pemain muda yang muncul dan membawa komunitas ini ke level yang lebih tinggi.” tutupnya.

 

Tunggu Info Komunitas Darts Lainnya ya!

Pilihan Lainnya
Indonesia vs China 1-0: G...

Jakarta, Hangoutproject.id - 5 Juni 2025 — Stadion Utama Gelora Bung Karno kembali menjadi saksi sejarah. Di hadapan puluhan ribu suporter yang memadati tribun, Timnas Indonesia sukses menumbangkan China dengan skor tipis namun krusial, 1-0, dalam lanjutan fase Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. 

 

Kemenangan ini tak hanya mempertebal harapan Garuda untuk melangkah ke putaran keempat kualifikasi, tetapi juga sekaligus memupus mimpi Tim Naga—julukan tim nasional China—untuk tampil di panggung sepak bola terbesar sejagat. 

 

 

Gol Tunggal Berbalut Emosi 

Dilansir dari sindonews.com, satu-satunya gol dalam laga yang berlangsung sengit ini tercipta lewat titik putih. Di menit ke-43, Ricky Kambuaya dijatuhkan di dalam kotak penalti, memaksa wasit meninjau ulang insiden lewat VAR. Setelah keputusan dibuat, Ole Romeny maju sebagai algojo. Tanpa ragu, penyerang naturalisasi itu mengarahkan bola ke pojok gawang dan membuat SUGBK meledak dalam euforia. Gol ini menjadi gol ketiganya bersama tim Merah Putih—dan mungkin yang paling emosional sejauh ini. 

 

 

Pertarungan Penuh Gairah 

Sejak awal laga, tensi pertandingan langsung tinggi. Indonesia tampil percaya diri dan agresif, menggempur pertahanan China yang dikenal kokoh. Serangan silih berganti terjadi, dengan enam tendangan tercatat dilepaskan skuad Garuda, satu diantaranya mengarah tepat ke gawang. 

 

China bukan tanpa perlawanan. Mereka mengubah strategi di babak kedua dan nyaris menyamakan kedudukan dua menit selepas jeda. Namun, aksi sigap Emil Audero di bawah mistar menggagalkan peluang emas tersebut. 

 

Laga pun terus berlangsung panas hingga menit akhir. Kedua tim saling jual beli serangan, namun pertahanan disiplin dan semangat juang tinggi para pemain Indonesia mampu menjaga keunggulan hingga peluit panjang dibunyikan. 

 

 

Asa Garuda, Gugurnya Naga

Dengan kemenangan ini, Indonesia terus menjaga asa untuk lolos ke babak keempat kualifikasi. Performa solid yang ditunjukkan malam ini semakin menegaskan bahwa tim Merah Putih bukan sekedar penggembira di Grup C.

 

Sebaliknya, hasil ini menjadi pil pahit bagi China. Dengan satu laga tersisa dan hanya mengantongi enam poin, peluang mereka untuk tampil di Piala Dunia 2026 dipastikan sirna. Jalan menuju Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada resmi tertutup. 

 

 

Catatan Penting

 

- Skor Akhir: Indonesia 1-0 China 

- Pencetak Gol: Ole Romeney (43’ - penalti) 

- Pemain Terbaik: Emil Audero (penyelamatan krusial di babak kedua) 

- Kehadiran Penonton: ±70.000 orang di SUGBK 

 

Kemenangan atas China ini akan dikenang sebagai salah satu momen paling penting dalam perjalanan panjang Timnas Indonesia. Dengan satu laga tersisa di fase grup, seluruh mata kini tertuju ke langkah selanjutnya skuad Garuda. Satu hal pasti: semangat Merah Putih tengah menyala, dan dukungan suporter akan terus menjadi bahan bakar menuju mimpi besar bernama Piala Dunia.

Friday, 06 Jun 2025

Timnas Ind...
Sepak Bola
SUPER LEAGUE SEASON 1: Ak...

Jakarta, Hangoutproject.id - DARTSLIVE kembali hadir dengan gebrakan kompetisi bergengsi “SUPER LEAGUE SEASON 1”, sebuah liga darts berskala besar yang mempertemukan 23 tim dari berbagai penjuru Jakarta dan sekitarnya. Dengan format liga kandang-tandang (home and away), atmosfer kompetitif pun terasa semakin kental. 

 

 

Format Liga: Taktil, Strategi, dan Sinergi 

Dalam setiap pertandingan liga ini, masing-masing tim akan saling adu strategi melalui 7 pertandingan — terdiri dari 3 single dan 4 double. Format ini menuntut kekompakan tim, penempatan pemain yang cermat, serta mental juara dalam setiap pertandingan.

 

 

Week 2: Duel Seru di Afterhour PIK 

Pekan kedua SUPER LEAGUE SEASON 1 berlangsung pada hari Selasa malam pukul 19.30 WIB, serempak di 5 lokasi (shop) salah satunya Afterhour Billiard, PIK. Salah satu laga yang mencuri perhatian adalah pertemuan antara Tim Mr. P melawan Sparta Kratos

 

Line-up Tim Mr. P

- Benny Tandean

- Lourdy Yoso

- Angelika Friskylia

 

 

Line-up Sparta Kratos

- Sunny Kings Handoko

- Jojo Julianne

- Edo Tanuwijaya

- Benedictus Alexander Leo

 

 

Sejak pertandingan dimulai, Tim Mr. P tampil dengan percaya diri tinggi. Dengan kombinasi ketenangan Benny, keakuratan Lourdy, dan daya juang Angel, mereka mampu mengendalikan tempo permainan sejak awal hingga akhir. Meski Sparta Kratos sempat mencuri satu kemenangan di salah satu partai double, Tim Mr. P tetap terlalu tangguh. Hasil akhir: 6 - 1 untuk kemenangan telak Tim Mr. P.

 

 

Liga Bergengsi yang Menyatukan Komunitas Darts 

SUPER LEAGUE SEASON 1 bukan hanya soal kompetisi, tetapi juga tentang membangun komunitas. Liga ini mempertemukan 23 tim yang masing-masing diperkuat oleh 3 hingga 4 pemain, bertarung dalam sistem home and away yang berlangsung selama kurang lebih 3 bulan. Dengan dukungan penuh dari sponsor utama Mr. P, turnamen ini menjadi ajang pembuktian sekaligus persaudaraan antar pemain darts tanah air. 

 

Pertandingan dilangsungkan secara serentak di 5 lokasi utama (shop)

- Darts Hub, Sedayu City

- Firewok Eating House, Sunter

- Afterhour Billiard, PIK

- Buddy Pool, Kebon Jeruk

- Cartel Billiard, Gading Serpong

 

Dengan lokasi yang tersebar strategis, liga ini mampu menjangkau lebih banyak pecinta darts dan menciptakan atmosfer persaingan yang merata dan menyeluruh.

 

 

Puncak Liga: Grand Final 9 Agustus 2025 

Segala perjuangan, strategi, dan drama di sepanjang liga ini akan bermuara pada satu titik: Grand Final SUPER LEAGUE SEASON 1, yang akan digelar pada 9 Agustus 2025. Pertandingan penentu ini diyakini akan menyuguhkan duel sarat emosi, karena hanya satu tim yang berhak mengangkat trofi juara perdana liga ini. 

 

SUPER LEAGUE SEASON 1 telah membuka lembaran baru dalam kompetisi darts di Indonesia pekan demi pekan, cerita demi cerita, dan rivalitas antar tim menjadi warna dalam perjalanan menuju kejayaan. Pekan kedua menjadi bukti bahwa determinasi dan kekompakan bisa menjadi kunci kemenangan mutlak, seperti yang ditunjukkan oleh Tim Mr. P

 

Darts bukan sekedar permainan lempar anak panah. Di balik garis oche, ada cerita, ambisi, dan semangat sportivitas. Dan di SUPER LEAGUE SEASON 1, semuanya berpadu dalam harmoni yang memikat. 

 

GAME ON! SPIRIT ON!

Wednesday, 04 Jun 2025

Dartslive...
Hangoutpro...
Siapa Juara Darts yang Pa...

Jakarta, Hangoutproject.id - Dalam dunia darts yang penuh gemerlap, tidak semua juara mendapat sorotan yang layak. Nama-nama besar seperti Phil Taylor, Michael Van Gerwen, hingga sensasi muda Luke Littler tentu akrab di telinga penggemar. Namun bagaimana dengan mereka yang berjaya, namun seakan dilupakan sejarah? 

 

Dilansir dari dartsnews.com mantan pemain profesional dan pemenang Final Kejuaraan Pemain, Paul Nicholson, mencoba menjawab pertanyaan itu. Dalam kolom terbarunya untuk Sporting Life, pria berjuluk “The Asset” mengungkap tiga nama juara dunia yang menurutnya paling diremehkan sepanjang masa

 

Rob Cross: Juara Dunia yang Tak Pernah Benar-Benar Dirayakan

Rob Cross menembus dunia darts profesional dengan ledakan dahsyat. Hanya dua tahun setelah tampil di Challenge Tour, Cross mengalahkan Phil Taylor di final Kejuaraan Dunia 2018 dan menyabet gelar tertinggi. 

 

Namun, menurut Nicholson, kemenangan itu tidak disambut gegap gempita seperti yang didapatkan Littler atau Fallon Sherrock di masa kini. “Orang-orang masih belum mengerti betapa hebatnya Rob Cross,” tegasnya. “Sejak 2018, dia sudah main di 12 final utama dan memenangkan empat gelar, termasuk World Matchplay dan dua European Championship. Tapi gaungnya di luar arena? Hampir tidak ada.” 

 

Cross bukan tipikal bintang glamor. Ia bukan spesialis 180 yang memukau, tapi keandalan finishing dan kecintaannya pada treble 18 membuatnya menjadi salah satu eksekutor paling klinis dalam olahraga ini. Ia hanya belum mencapai satu final besar—World Grand Prix. selain itu, resume-nya nyaris lengkap. Tapi, entah kenapa, sorotan publik belum berpihak padanya

 

John Part – Sang Visioner dari Kanada 

Menyebut nama John Part mungkin akan membuat para penggemar darts senior mengangguk setuju. Tapi apakah namanya benar-benar disebut sejajar dengan Phil Taylor, Eric Bristow, atau John Lowe? Tidak juga, dan itu yang membuat Nicholson geleng-geleng kepala. 

 

“Seorang Kanada menang di Kejuaraan Dunia pada 1994? Itu seperti kisah dongen,” kenangnya. Tapi Part bukan one-hit wonder. Ia juara dunia tiga kali – di tiga arena berbeda: Lakeside, Circus Tavern, dan Alexandra Palace. Dan jangan lupa, ia pernah mengalahkan Phil Taylor dalam salah satu final paling legendaris sepanjang masa. 

 

Nicholson menegaskan, meski Part tidak dikenal dengan average tertinggi, “gelar tidak diberikan kepada pemain dengan angka 110 tapi gagal menang. Gelar diberikan kepada mereka yang tahu kapan harus membunuh permainan.” Dari kemenangan di Las Vegas hingga performa tangguh di UK Open 2018, John Part membuktikan ketangguhannya di berbagai era. Jarak antara gelar dunia pertamanya (1994) dan ketiganya (2008)? 14 tahun – sesuatu yang belum tentu bisa diulang, bahkan oleh bintang seperti Luke Littler di masa depan. 

 

Scott Waites – Tukang Kayu yang Menolak Jadi Selebriti 

Nama terakhir mungkin tidak sering muncul di arus utama, tapi Scott Waites adalah legenda di kalangan penggemar setia. Dua gelar dunia BDO, satu World Masters, Zuiderduin Masters, hingga kemenangan di Grand Slam 2010 – repertoarnya lengkap

 

Yang paling diingat Nicholson adalah momen saat Waites membalikkan ketertinggalan 0-8 menjadi menang 16-12 atas James Wade. Dengan rata-rata di atas 100, ia menunjukkan bahwa darts terbaiknya muncul saat menghadapi lawan terbaik

 

Namun, gaya hidup Waites jauh dari panggung gemerlap. “Scott menyukai hidupnya sebagai tukang kayu,” ujar Nicholson. “Ia suka bekerja, suka melempar darts tanpa sirkus dan kamera.” Ketika akhirnya ia pindah ke PDC pada 2020, masa emasnya sudah lewat. Tapi warisannya tetap utuh: juara dunia dua kali dan pemenang berbagai gelar besar, meski tidak pernah jadi headline. 

 

Diremehkan, Tapi Tak Terlupakan 

Ketiga nama ini — Rob Cross, John Part, dan Scott Waites – mungkin tidak selalu terpajang di dinding museum darts atau dibanjiri liputan media. Tapi prestasi mereka berbicara. Mereka adalah juara sejati yang membuktikan bahwa tak semua pemenang butuh sorotan terang untuk bersinar. 

 

Setuju dengan pilihan Paul Nicholson? Atau Anda punya jagoan lain yang juga layak disebut sebagai juara paling diremehkan? Sampaikan pendapat Anda – karena dalam dunia darts, kadang yang paling tenang adalah yang paling mematikan.

Tuesday, 03 Jun 2025

Dart
PDC