F1
Alonso Menilai Mobil Baru Aston Mar...

Jakarta, Hangoutproject.id - Fernando Alonso merasa optimis bahwa mobil baru Aston Martin untuk musim 2024 merupakan sebuah “langkah maju” dibandingkan dengan pendahulunya. Setelah serangkaian pengujian pramusim yang singkat di Bahrain, pembalap asal Spanyol ini kini fokus pada pemahaman posisi timnya saat musim dimulai di Grand Prix Australia mendatang.

 

Dilansir dari formula1.com, selama tiga hari pengujian di Bahrain, tim Aston Martin menghadapi beberapa tantangan, namun tetap mampu menyelesaikan sesi dengan hasil yang menjanjikan. 

 

Di hari terakhir pengujian, Alonso mengambil alih kemudi dan rekan setimnya, Lance Stroll, yang masih merasa kurang sehat setelah absen pada sesi pagi. Stroll yang sempat kembali ke lintasan pada sore hari, hanya dapat menyelesaikan 34 putaran sebelum menyerahkan kembali mobil kepada Alonso. Hal ini membuat sang juara dunia dua kali tersebut menyelesaikan total 82 putaran pada hari itu.

 

Alonso, yang berusia 43 tahun, merenungkan pengalaman pengujian pramusimnya dengan nada yang realistis, mengingat waktu yang terbatas. “Pendek! Program pengujian sangat singkat karena tinggal satu setengah hari lagi sebelum Kejuaraan Dunia dimulai — hal ini sangat unik dalam olahraga ini,” ujar Alonso.

 

Meskipun begitu, ia menyebutkan bahwa tim menghadapinya dengan baik meskipun beberapa hambatan teknis, seperti masalah telemetri di hari pertama dan hujan di hari kedua, mengurangi waktu putaran yang tersedia. “Namun, itu adalah hal yang dihadapi semua orang, hujan turun untuk semua orang, jadi kami menantikan Australia,” tambahnya dengan semangat.

 

Langkah Maju dengan Mobil AMR 25

Kepala Tim Aston Martin, Andy Cowell, sempat mengungkapkan keinginan tim untuk membuat mobil AMR25 lebih mudah diprediksi dan lebih stabil. Ketika ditanya apakah hal itu tercapai, Alonso menjelaskan bahwa meski sulit untuk memberikan penilaian yang pasti, mobil baru ini jelas menunjukkan peningkatan.

 

“Mobil ini lebih cepat, dan semua data yang kami miliki berkorelasi dengan baik. Kami melihat lebih banyak downforce di semua kecepatan dan tikungan, yang jelas merupakan keuntungan relatif dibandingkan dengan yang lain,” kata Alonso.

 

Meskipun demikian, ia menyadari bahwa untuk mengetahui posisi pasti tim, mereka harus menunggu hingga Grand Prix Australia untuk melihat persaingan yang lebih jelas.

 

Bagi Alonso, korelasi yang sempurna antara data di terowongan angin dan data di lintasan sangat penting untuk kesuksesan tim. Ia mengungkapkan pentingnya mempersiapkan seluruh tim, terutama setelah beberapa perubahan struktural di dalam skuad Aston Martin pada musim dingin.

 

“Sangat penting bagi kami untuk memastikan sinkronisasi yang sempurna antara semua orang di pabrik dan korelasi antara terowongan angin — terowongan angin kami sendiri, untuk pertama kalinya — dan lintasan,” lanjut Alonso.

 

Ia menekankan bahwa persiapan ini sangat krusial mengingat perubahan besar dalam peraturan pada tahun 2026 yang sudah semakin dekat. 

 

Melihat Kompetisi Musim Ini 

Mengenai urutan kekuasaan setelah pengujian pramusim, Alonso mengakui bahwa ia tidak terlalu memperhatikan hasil pengujian tim lain. “Saya tidak tahu banyak karena saya tidak melihat hasil pengujian. Setelah makan siang, saya kembali ke hotel dan bersantai, jadi saya tahu segalanya tentang tim kami dan program pengujian kami,” jelasnya.

 

Meskipun begitu, ia berharap Aston Martin bisa semakin mendekati empat tim teratas musim lalu. “Saya kira empat tim teratas akan tetap unggul di awal tahun, tetapi mari berharap kami bisa semakin dekat dengan mereka.” tutupnya. 

 

Fokus pada Grand Prix Australia

Sekarang, fokus utama Alonso adalah pada pembukaan musim di Grand Prix Australia yang akan digelar pada 14-16 Maret mendatang. Setelah menjalani berbagai acara promosi, media, dan sponsor, Alonso tak sabar untuk kembali berlomba dan memulai tantangan musim baru. 

 

Dengan optimisme yang tinggi dan harapan untuk semakin mendekati tim-tim unggulan, Fernando Alonso dan Tim Aston Martin siap menghadapi musim 2025 dengan penuh semangat dan kesiapan.

 

Grand Prix Australia akan menjadi tempat pertama untuk menguji kemampuan mobil AMR25 yang telah mendapatkan banyak perhatian, dan apakah benar Aston Martin telah membuat “langkah maju” yang berarti.

Senin, 3 Maret 2025

Otomotif
Sportstain...
Grand Prix Tiongkok 2025: Piastri M...

Jakarta, Hangoutproject.id - Pada ajang Grand Prix Tiongkok 2025 yang baru saja digelar, Oscar Piastri menunjukkan penampilan yang mengesankan, bangkit dari kekecewaan sebelumnya di Australia. Dengan mengubah posisi terdepan menjadi kemenangan yang meyakinkan, Piastri mencatatkan namanya sebagai pemenang di Sirkuit Internasional Shanghai. Rekan setimnya, Lando Norris, berhasil meraih posisi kedua, membawa McLaren meraih hasil sempurna 1-2, sebuah prestasi yang sangat berarti bagi tim pepaya ini. 

 

Dilansir dari formula1.com, sejak lampu hijau menyala, Piastri langsung mengendalikan balapan yang berlangsung 56 putaran ini, tak pernah melakukan kesalahan, dan memimpin dari start hingga finish. Strategi pit stop yang hanya sekali bagi sebagian besar pembalap menjadi kunci, dengan Piastri membangun dan mempertahankan jarak dengan Norris, yang meski sempat mengalami masalah rem, tetap berhasil mempertahankan posisi kedua hingga garis finish. Piastri pun mengaku bangga dengan penampilan timnya yang luar biasa, menyebut balapan ini sebagai hasil yang pantas setelah pekan yang penuh tantangan di Australia. 

 

Di posisi ketiga, George Russell mencoba untuk menantang Norris setelah beberapa pertukaran posisi selama pit stop, namun tetap tertinggal beberapa detik di belakang pembalap McLaren tersebut. Max Verstappen, yang sempat meragukan potensi Red Bull di balapan ini, akhirnya finis di urutan keempat, diikuti oleh Charles Leclerc yang mengalami kerusakan sayap depan setelah kontak pada putaran pertama dengan rekan setim barunya, Carlos Sainz.

 

Pada fase tengah balapan, beberapa tim dan pembalap mencoba berbagai strategi pit stop. Pirelli, pemasok ban F1, mengindikasikan bahwa strategi dua pit stop akan lebih optimal, mengingat cuaca hangat dan kondisi mobil 2025. Namun, sejumlah pembalap seperti Piastri, Norris, dan Russell berhasil mempertahankan posisi mereka meski hanya melakukan satu kali pit stop. Namun, drama masih terjadi, dengan beberapa pembalap, seperti Fernando Alonso dan Yuki Tsunoda, mengalami masalah teknis yang mengakhiri balapan mereka lebih awal. 

 

Meski ada beberapa drama di garis tengah, termasuk penalti pasca-balapan bagi Jack Doohan akibat insiden dengan Isack Hadjar, ketegangan balapan tetap terjaga hingga putaran terakhir. McLaren dengan cerdas memanfaatkan keunggulan strategis mereka, sementara Verstappen berusaha mengejar posisi Leclerc di tengah persaingan sengit.

 

Keputusan strategi yang cermat dan kontrol ban yang solid menjadi kunci bagi Piastri untuk meraih kemenangan keduanya di musim 2025 ini, sekaligus memberikan McLaren kemenangan ketiga berturut-turut sejak final Abu Dhabi 2024. Di belakangnya, Norris berhasil mengatasi masalah rem untuk menyelesaikan balapan di posisi kedua, diikuti oleh Russell di posisi ketiga. 

 

Namun, setelah balapan selesai, drama masih berlanjut. Leclerc, Gasly, dan Hamilton didiskualifikasi pasca-balapan karena pelanggaran teknis terkait berat mobil dan ketebalan rangka, yang mengubah klasemen dan memberi posisi poin tambahan bagi beberapa pembalap lainnya, seperti Esteban Ocon yang finis di posisi ketujuh. 

 

Dengan hasil ini, McLaren menunjukkan bahwa mereka adalah tim yang patut diperhitungkan dalam perebutan gelar musim ini, dengan Piastri dan Norris memperlihatkan kekompakan dan kecepatan yang menakjubkan. Sementara itu, tim-tim seperti Red Bull dan Ferrari harus berbenah sebelum menuju Grand Prix Jepang di Suzuka yang akan datang. 

 

Piastri, setelah merayakan kemenangannya, mengungkapkan rasa syukur yang mendalam atas kinerja tim dan dirinya sendiri. “Ini adalah akhir pekan yang luar biasa dari awal hingga akhir,” katanya, mengungkapkan kepuasan atas hasil yang telah diraih. 

 

Dengan liburan singkat sebelum berlanjut ke Suzuka, para pembalap dan tim kini harus mempersiapkan diri untuk tantangan selanjutnya.

Kamis, 27 Maret 2025

Otomotif
Sportstain...
Menjelang Grand Prix Jepang 2025: 5...

Jakarta, Hangoutproject.id - Dengan dua balapan yang telah digelar, musim Formula 1 2025 mulai memperlihatkan warna-warnanya. Kontroversi, kejutan, momen-momen luar biasa telah mengiringi jalannya balapan. Kini, menjelang Grand Prix Jepang di Suzuka, sejumlah cerita menarik siap mewarnai akhir pekan balapan yang selalu dinanti ini. Dilansir dari formula1.com, berikut adalah lima alur cerita utama yang membuat kita semua bersemangat menjelang balapan di Negeri Sakura. 

 

1. Yuki Tsunoda di Red Bull: Mimpi yang Menjadi Nyata

Salah satu cerita yang paling dinantikan adalah debut Yuki Tsunoda di Red Bull Racing. Pembalap asal Jepang ini akhirnya mendapatkan kesempatan yang sangat dinanti, bergabung dengan Max Verstappen setelah dua balapan pembuka yang penuh gejolak. Perjalanan Tsunoda menuju tim papan atas ini seolah menjadi puncak dari upayanya selama empat tahun di F1, dengan penampilan yang konsisten baik meski sering bekerja dengan mobil yang tidak terlalu kompetitif. 

 

Namun, perjalanan Tsunoda tidak akan mudah. Red Bull, meski dominan di beberapa musim terakhir, ternyata memiliki mobil yang menuntut keahlian khusus untuk bisa mengekstrak performa maksimal. Verstappen pun mengalami kesulitan dengan mobil tersebut, dan tsunoda diharapkan untuk beradaptasi dengan cepat. Tak pelak, perhatian besar akan tertuju pada Tsunoda, apalagi dengan dukungan luar biasa dari penggemarnya di Suzuka. Akankah Tsunoda bisa menunjukkan kemampuannya di hadapan publik Jepang? 

 

2. Liam Lawson: Kekecewaan dan Harapan Baru

Di sisi lain, keputusan Red Bull untuk menurunkan Liam Lawson dari tim utama juga menjadi sorotan. Pembalap asal Selandia Baru ini tampil menjanjikan selama 11 balapan pada musim lalu, tetapi setelah dua balapan yang penuh tantangan, ia harus kembali ke tim satelit, Racing Bulls. Lawson memiliki banyak hal yang harus dibuktikan, terutama setelah kekecewaan ini. Namun, ia mendapatkan dukungan penuh dari Verstappen, yang menyebut bahwa racing Bulls mungkin lebih cocok dengan gaya mengemudi Lawson. 

 

Kembali ke Racing Bulls memberikan kesempatan baginya untuk mengembalikan performa dan kepercayaan dirinya. Suzuka akan menjadi ujian besar baginya, untuk menunjukkan apakah ia bisa bangkit dari tantangan ini dan membuktikan bahwa ia lebih dari sekedar cadangan. Ini bisa menjadi babak baru dalam karir Lawson, yang mengingatkan kita pada perjalanan Pierre Gasly dan Alexander Albon yang juga sukses kembali setelah mengalami penurunan pangkat serupa. 

 

3. Pertarungan Pembalap McLaren: Norris vs Piastri

McLaren, yang sejauh ini menjadi tim yang menunjukkan perkembangan pesat, akan menjadi sorotan utama dengan persaingan sengit antara Lando Norris dan Oscar Piastri. Keduanya sudah mengantongi satu kemenangan di musim ini, dengan Norris sedikit lebih unggul dalam perolehan poin kejuaraan pembalap. Di Suzuka, mereka akan saling berhadapan dalam pertarungan yang semakin sengit. Pada musim lalu, Norris tampil lebih unggul di Jepang, tetapi Piastri memiliki kurva perkembangan yang sangat tajam. 

 

Dengan Suzuka yang terkenal dengan tikungan berkecepatan tinggi dan suasana yang luar biasa, pertarungan antara kedua pembalap McLaren akan menjadi sorotan besar. Apakah ini saatnya bagi Piastri untuk menunjukkan bahwa ia siap bersaing dengan norris secara langsung di trek? Atau, akankah Norris mempertahankan dominasinya di lintasan favorit ini? 

 

4. Ferrari: Mencari Konsistensi dan Poin Penting

Setelah hasil mengecewakan di dua balapan pertama, Ferrari berharap untuk menunjukkan performa yang lebih konsisten di Suzuka. Tim asal Maranello ini sempat diprediksi akan menjadi pesaing utama untuk gelar juara, tetapi hingga saat ini mereka belum berhasil menunjukkan kecepatan yang diharapkan. Setelah beberapa masalah di Melbourne, Ferrari menunjukkan tanda-tanda kebangkitan di Tiongkok, tetapi kesulitan mereka di balapan hari Minggu dan drama diskualifikasi ganda membuat mereka kehilangan banyak poin. 

 

Untuk Ferrari, Grand Prix Jepang menjadi kesempatan penting untuk meraih poin dan mengurangi jarak dengan para pesaing. Dengan Charles Leclerc dan Lewis Hamilton yang menjadi andalan, mereka perlu membuktikan bahwa SF-25 dapat tampil lebih stabil dan kompetitif. Suzuka akan menjadi ujian besar untuk Fred Vasseur dan timnya, apakah mereka bisa mengatasi kesulitan dan mulai menutup celah yang ada? 

 

5. Carlos Sainz dan Williams: Pencarian Jawaban

Carlos Sainz, yang pindah ke Williams setelah mengalami musim yang sulit dengan Ferrari pada tahun sebelumnya, tengah berjuang untuk menemukan kecepatan yang diharapkan dari mobil barunya. Sainz mengawali musim dengan penuh harapan, tetapi kecelakaan di balapan pembuka dan kesulitan di Shanghai membuatnya kebingungan dengan performa mobil Williams. Setelah awal yang menjanjikan, Sainz kini harus mencari jawaban atas kekurangan kecepatannnya, sesuatu yang tak terduga mengingat potensi besar tim ini. 

 

Suzuka menjadi tempat yang penting bagi Sainz untuk bangkit. Setelah beberapa pekan untuk menganalisis data dan beradaptasi dengan mobil baru, apakah Sainz bisa mengatasi kesulitan dan meraih hasil positif? Keberhasilannya di Jepang bisa menjadi titik balik bagi musimnya yang penuh tantangan ini.

 

 

Dengan alur cerita yang begitu menarik dan beragam, Grand Prix Jepang 2025 di Suzuka siap menyajikan drama dan ketegangan yang tak bisa dilewatkan. Setiap pembalap memiliki tantangan dan harapan masing-masing, dan Suzuka akan menjadi tempat yang sempurna untuk menguji siapa yang mampu mengatasi tekanan dan tampil maksimal. Sebagai saksinya, kita semua hanya bisa menantikan dengan antusias apa yang akan terjadi di akhir pekan yang luar biasa ini.

Rabu, 2 April 2025

Sportstain...
Formula 1
Max Verstappen Menang Dramatis di J...

Jakarta, Hangoutproject.id - Max Verstappen akhirnya meraih kemenangan pertamanya di musim Formula 1 2025 setelah tampil sangat kuat di Grand Prix Jepang. Ia berhasil mengalahkan dua pembalap McLaren, Lando Norris dan Oscar Piastri yang terus menekan sepanjang balapan. 

 

Dilansir dari espn.co.uk, kemenangan ini terasa spesial karena sebelumnya, dalam dua balapan pertama musim ini, McLaren terlihat lebih dominan. Tapi di Jepang, Verstappen membalikkan keadaan dengan performa luar biasa sejak sesi kualifikasi. Pada hari sabtu, ia berhasil merebut posisi start terdepan (pole position) hanya dengan selisih 0,012 detik dari Norris. 

 

Di hari balapan, Verstappen memimpin sejak awal dan mempertahankan jarak sekitar 1,5 hingga 2,5 detik dari Norris di belakangnya. Meskipun ada beberapa momen menegangkan, ia tetap tenang dan mengendalikan jalannya lomba selama 53 putaran. 

 

“Ini akhir pekan yang luar biasa bagi kami. Kami tidak pernah menyerah,” kata Verstappen penuh semangat lewat radio tim setelah melewati garis finis. “Ini sangat berarti, apalagi ini balapan terakhir kami dengan mesin Honda di Jepang.” 

 

Duel Seru di Pit Stop 

Salah satu momen paling seru terjadi di pertengahan balapan saat ketiga pembalap terdepan—Verstappen, Norris, dan Piastri—masuk ke pit (area pergantian ban) dalam waktu berdekatan. 

 

Norris nyaris berhasil menyalip Verstappen saat keluar dari pit. Mobil mereka sempat berdampingan, tetapi Verstappen tidak memberi banyak ruang, dan Norris akhirnya harus melintasi rumput agar tidak bertabrakan. Meskipun Norris mengeluh karena tidak diberi cukup tempat, para pengawas balapan memutuskan tidak perlu memberi hukuman karena itu dianggap bagian dari persaingan di lintasan. 

 

“Dia memang menekan saya di pitlane, tapi itu Max. Dia tidak akan pernah memberi ruang begitu saja,” kata Norris setelah balapan. “Kami tidak cukup cepat hari ini, tapi kami tetap kompetitif dan ini hasil yang layak.” 

 

Posisi Tiga Teratas Tak Berubah 

Meski sempat saling menekan, tidak ada perubahan posisi di antara tiga besar menjelang akhir balapan. Piastri, yang berada di posisi ketiga, sempat merasa punya kecepatan untuk menyalip Norris dan bahkan mengejar Verstappen. Tapi hingga lap terakhir, posisi tidak berubah. 

 

Verstappen pun menutup balapan dengan sempurna dan meraih kemenangan ke-64 sepanjang karirnya di F1. Kini, ia hanya terpaut satu poin dari Norris di klasemen sementara.

 

Hasil Lengkap dan Fakta Menarik

Di belakang tiga besar, Charles Leclerc finis keempat untuk Ferrari, terpaut cukup jauh, yaitu 16 detik dari Verstappen. George Russell dan Andrea Kimi Antonelli dari Mercedes menyusul di posisi kelima dan keenam. 

 

Lewis Hamilton finis ketujuh, sementara pembalap muda Isack Hadjar tampil mengejutkan dengan finis kedelapan untuk tim junior Red Bull, Racing Bulls. Alex Albon mencetak poin lagi di posisi kesembilan, diikuti oleh Oliver Bearman dari Haas di posisi kesepuluh. 

 

Yuki Tsunoda, yang baru saja dipromosikan ke tim utama Red Bull, mengakhiri balapan di posisi ke 12—hasil yang cukup solid meski belum masuk zona poin. 

 

 

Dengan kemenangan ini, Max Verstappen membuktikan bahwa ia masih menjadi salah satu yang terbaik di lintasan. Meski awal musim tidak mudah, ia kini kembali bersaing di puncak klasemen dan siap menghadapi pertarungan seru di seri-seri selanjutnya.

Kamis, 10 April 2025

Sportstain...
Formula 1
Legenda Ferrari Sanjung Duet Maut H...

Jakarta, Hangoutproject.id - Dunia Formula 1 kembali dibuat berdecak kagum dengan manuver tim kuda jingkrak, Ferrari. Bagaimana tidak, kedatangan sang juara dunia tujuh kali, Lewis Hamilton, untuk bersanding dengan Charles Leclerc di musim 2025 mendatang, langsung menuai pujian setinggi langit. Tak tanggung-tanggung, mantan pembalap F1 yang kini menjadi duta besar Ferrari, Marc Gene, tanpa ragu menyebut kombinasi ini sebagai “yang terbaik” di antara seluruh tim yang berlaga.

 

Dilansir dari formula1.com, Gene, yang malang melintang di dunia balap, melihat sinergi apik yang sudah terjalin antara Hamilton dan Leclerc, meskipun keduanya belum secara resmi berada di garasi yang sama. Ia meyakini bahwa kedua pembalap ini akan saling memacu dan mengeluarkan potensi terbaik satu sama lain demi mengembalikan kejayaan Ferrari.

 

“Ini yang terbaik,” ujar Gene dengan nada mantap dalam podcast Beyond The Grid, merujuk pada duet Hamilton dan Leclerc. “Saya rasa Anda tidak akan menemukan susunan pemain yang lebih baik.” 

 

Gene berkaca pada pengalaman Leclerc sebelumnya yang berpartner dengan pembalap sekaliber Carlos Sainz dan juara dunia empat kali, Sebastian Vettel. Menurutnya, Leclerc sangat beruntung memiliki rekan setim dengan kualitas mumpuni yang mampu memacunya untuk terus berkembang. Kini, dengan hadirnya Hamilton, Gene melihat potensi kolaborasi yang lebih dahsyat lagi. 

 

“Mereka bekerja sama dengan sangat baik. Tidak ada intrik politik. Saya benar-benar melihat mereka saling mendukung,” ungkap Gene, menggarisbawahi profesionalisme dan semangat tim yang ditunjukkan kedua pembalap. 

 

Di sisi lain, Gene juga tak menampik adanya rasa simpati terhadap Carlos Sainz, pembalap Spanyol yang harus merelakan kursinya demi kedatangan Hamilton. Sebagai sesama orang Spanyol dan memiliki hubungan baik dengan Sainz, Gene memahami betul kekecewaan yang mungkin dirasakan sang pembalap. 

 

“Tentu saja, saya merasakan kasihan pada Carlos… Namun, ketika Anda memiliki kesempatan untuk mendatangkan Lewis ke tim, dan itu adalah hubungan cinta, hubungan saling menguntungkan, Anda memahami keputusan yang diambil Ferrari,” jelas Gene, mencoba memberikan perspektif atas keputusan besar tim asal Maranello tersebut. 

 

Meskipun performa Ferrari di awal musim ini belum sesuai ekspektasi, dengan menempati posisi keempat di klasemen konstruktor dan Leclerc serta Hamilton masing-masing di posisi kelima dan ketujuh klasemen pembalap, Gene tetap optimis. Ia melihat potensi besar yang dimiliki tim, terutama dengan perbaikan yang terus dilakukan pada mobil SF-25. 

 

Senada dengan Gene, bos tim Ferrari, Fred Vasseur, baru-baru ini menegaskan dukungannya 2000% kepada Hamilton, meskipun sang juara dunia sempat mengalami beberapa akhir pekan yang kurang memuaskan setelah kemenangan sprint di China. 

 

Dengan pujian setinggi langit dari seorang legenda seperti Marc Gene, ekspektasi terhadap duet Hamilton dan Leclerc di Ferrari semakin membumbung tinggi. Mampukah kombinasi “terbaik di grid” ini membawa Ferrari kembali ke puncak kejayaan Formula 1? Waktu dan lintasan balap yang akan menjawabnya.

Rabu, 30 April 2025

Sportstain...
Formula 1
Verstappen Sebut GP Miami Sebagai '...

Jakarta, Hangoutproject.id - Max Verstappen menyebut Grand Prix Miami 2025 sebagai sebuah “perjuangan” setelah harus puas finis di posisi keempat, meski memulai balapan dari pole position. Pembalap Red Bull itu mengakui bahwa performanya kalah dari para pesaing — terutama duo McLaren, yang tampil dominan sepanjang lomba. 

 

Start Cepat, Tapi Tak Bertahan Lama 

Dilansir dari formula1.com, Verstappen sempat memimpin di awal balapan, namun tekanan datang cepat dari Lando Norris di Lap 1. Meski sempat lolos dari sergapan itu, Verstappen kemudian disalip secara beruntun oleh Oscar Piastri dan Norris — yang kembali ke posisi depan usai kesalahan awal. 

 

Piastri tampil brilian dengan menyalip Kimi Antonelli dan langsung mengejar Verstappen, sebelum akhirnya merebut posisi terdepan. Norris pun tak butuh waktu lama untuk menyalip Verstappen dan menempatkan dua McLaren di posisi terdepan. 

 

Disalip Russell, Red Bull Kehilangan Ritme 

Situasi Verstappen makin sulit ketika Virtual Safety Car di penghujung balapan memberi keuntungan strategis bagi George Russell, yang berhasil menyalip pit stop tepat waktu dan merebut podium ketiga. Verstappen sempat mencoba mengejar di fase terakhir, namun tak cukup cepat untuk menyalip kembali. 

 

“Saya hanya mencoba menikmati balapan meski tahu kami tidak punya kecepatan hari ini,” ujar Verstappen usai lomba. “Kami terlalu sering mengalami overheat pada ban, dan itu sangat menyulitkan. Ditambah kami juga sedikit sial dengan momen VSC — tapi itulah balapan.” 

 

McLaren Terlalu Tangguh 

Verstappen juga menyentil soap performa McLaren yang luar biasa di Miami, mencatatkan jarak waktu yang mencolok. Piastri finis 39 detik lebih cepat dari dirinya — sebuah selisih yang jarang terjadi dalam persaingan papan atas. 

 

“Itu kekuatan mereka sejak lama,” kata Verstappen. “Di trek dengan suhu lebih rendah mungkin tidak terlalu kelihatan, tapi di lintasan seperti ini dengan degradasi termal tinggi, mereka benar-benar dominan.” 

 

Masih Banyak yang Harus Dibenahi 

Meski gagal naik podium, Verstappen tetap berusaha menjaga nada positif. Ia menyebut bahwa Red Bull perlu bekerja lebih keras untuk mengatasi masalah ban dan mempertahankan keunggulan di tengah tekanan dari tim-tim rival yang terus berkembang — terutama McLaren. 

 

GP Miami 2025 menjadi pengingat bahwa dominasi tidak bertahan selamanya. Verstappen dan Red Bull masih di jalur perebutan gelar, tapi kini mereka harus benar-benar waspada dengan ancaman nyata dari McLaren. Musim masih panjang, tapi tekanan jelas sudah mulai terasa.

Rabu, 7 Mei 2025

Otomotif
Formula 1
Franco Colapinto Gantikan Jack Dooh...

Jakarta, Hangoutproject.id - Drama di paddock Formula 1 kembali terjadi — kali ini datang dari markas Alpine, yang secara resmi menunjuk Franco Colapinto sebagai pembalap utama mereka untuk lima Grand Prix berikutnya, menggantikan Jack Doohan. Ini adalah babak baru dalam kisah penuh gejolak tim Prancis itu, yang musim ini terpuruk di papan bawah klasemen. 

 

Colapinto Naik Kelas, Doohan Menepi (Sementara) 

Dilansir dari bbc.com, pembalap muda Argentina berusia 21 tahun, akan memulai tugas barunya bersama Pierre Gasly di GP Emilia-Romagna di Imola pada 16-18 Mei. langkah ini diambil setelah Doohan yang belum mencetak poin sejak balapan debutnya di Abu Dhabi musim lalu — gagal menunjukkan performa yang diharapkan. 

 

Menurut pernyataan resmi tim, lima balapan pertama akan menjadi ajang evaluasi bagi Colapinto, sebelum keputusan jangka panjang dibuat menjelang GP Inggris di Silverstone pada Juli. Meski posisinya terancam, Doohan masih menjadi pembalap cadangan utama dan bagian dari skuad. 

 

Briatore Pegang Kendali Penuh 

Pergantian ini bukan sekedar keputusan teknis. Ini adalah langkah yang jelas dari Flavio Briatore, penasihat eksekutif yang kini memegang kendali penuh di Alpine. Dalam komentarnya, Briatore menegaskan bahwa dengan persaingan ketat musim ini dan peningkatan signifikan pada mobil, tim perlu rotasi pembalap untuk mengejar target besar di 2026. 

 

Colapinto sendiri membawa lebih dari sekedar bakat. Ia juga datang dengan dukungan sponsor dari Amerika Latin, yang menurut banyak pihak jadi faktor penentu posisinya. Kombinasi potensi dan pendanaan membuatnya menjadi sosok yang sulit diabaikan di mata Briatore. 

 

Reaksi Para Pembalap 

Colapinto menyambut tantangan ini dengan antusias: 

Saya tahu tiga balapan berturut-turut di Imola, Monaco, dan Barcelona akan sangat intens, tapi saya akan bekerja keras, beradaptasi secepat mungkin, dan memberikan segalanya bersama Pierre.” 

 

Sementara Doohan, putra legenda MotoGP Mick Doohan, memilih bersikap profesional: 

Tentu saja saya kecewa, tapi saya menghargai kepercayaan tim. Saya akan tetap fokus dan siap membantu tim meraih tujuan jangka panjang.

 

Krisis Identitas di Alpine
Di balik semua ini, tersimpan masalah yang lebih besar. Alpine telah berkali-kali gagal memenuhi target ambisius sejak Renault kembali ke F1 pada 2016. Meski sempat menunjukkan kebangkitan tahun lalu, musim 2025 kembali mengecewakan: hanya 7 poin dari enam balapan, dengan mobil yang hanya tercepat ketujuh rata-rata.  

 

Pergolakan manajemen pun terus berlanjut. Setelah kepala tim Oliver Oakes mengundurkan diri hanya 12 jam sebelum pengumuman Colapinto, Briatore semakin memperkuat posisinya sebagai figur sentral — kontroversial namun berpengalaman. Meski rekam jejaknya ternodai skandal “crashgate” 2008, ia kini dipercaya CEO Renault, Luca de Meo, untuk menyelamatkan proyek Alpine. 

 

Langkah besar lainnya? Mengakhiri program mesin Renault dan beralih ke unit tenaga Mercedes mulai tahun depan. Langkah ini memperjelas satu hal: Alpine sedang direstrukturisasi secara besar-besaran. 

 

Dengan Franco Colapinto mendapat panggung untuk unjuk gigi di lima balapan ke depan, dan masa depan Jack Doohan menggantung, semua mata kini tertuju pada performa di lintasan. Apakah Colapinto mampu memanfaatkan kesempatan emas ini? Ataukah pergantian ini hanya menambah daftar panjang eksperimen gagal Alpine? 

 

Yang jelas, tim ini sedang berpacu bukan hanya di lintasan, tetapi juga melawan waktu dan reputasi.

Kamis, 8 Mei 2025

Otomotif
Formula 1
Verstappen Menang di Emilia-Romagna...

Jakarta, Hangoutproject.id - Di sirkuit klasik Autodromo Enzo e Dino Ferrari, Grand Prix Emilia-Romagna menghadirkan drama khas balap Formula 1: manuver agresif, strategi pit yang krusial, dan pertarungan ketat antar rekan satu tim. Namun, pada akhirnya, satu nama tetap tak tergoyahkan: Max Verstappen, sang juara bertahan dari Red Bull Racing, kembali berdiri di puncak podium dengan kemenangan ke-65 dalam karirnya. 

 

Di belakangnya, duo McLaren tampil impresif. Lando Norris menuntaskan balapan di posisi kedua setelah duel seru dengan rekan setimnya, Oscar Piastri, yang harus puas dengan tempat ketiga setelah kesalahan kecil namun krusial di awal balapan. 

 

Verstappen: Kemenangan yang Diraih Lewat Ketekunan dan Kejelian 

Dilansir dari formula1.com, start Verstappen memang bukan yang terbaik—mobilnya sempat terancam oleh gerakan cepat Oscar Piastri di tikungan pertama. Namun, dengan ketenangan khas seorang juara, Max memanfaatkan sisi luar tikungan untuk menyusul balik dan langsung menguasai jalannya lomba. 

 

“Start-nya tidak ideal, tapi saya tetap berani menempatkan mobil di luar. Begitu memimpin, saya bisa menjaga ritme dan ban,” ujar Verstappen. 

 

Momen krusial terjadi saat Virtual Safety car (VSC) dikeluarkan di lap ke-29. Red Bull bereaksi cepat, melakukan pit stop tepat waktu yang memperkuat posisi Max di depan. “Ban medium saya sudah mulai aus, jadi timing-nya pas. Setelah restart, kami tetap bisa menjaga keunggulan,” katanya. 

 

Kemenangan ini terasa spesial karena bertepatan dengan balapan ke-400 Red Bull di F1. “Mobil kami tampil hebat. Semuanya bekerja sempurna hari ini,” tutup Max, yang kini mengarahkan fokus ke tantangan berikutnya: Monaco.

 

Norris: Ketika Kesabaran dan Strategi Membuahkan Hasil 

Lando Norris menjalani balapan dari posisi keempat, namun berhasil menyalip dua pembalap untuk mengklaim P2. Kuncinya? Ban yang lebih segar dan kemampuan memanfaatkan momen. 

 

“Kami tahu ini bukan trek yang mudah untuk menyalip. Tapi saya sabar, dan akhirnya bisa menyerang Oscar saat ban dia mulai melemah,” ujar Lando. 

 

Aksi Norris menyalip Piastri menjelang akhir balapan menjadi salah satu highlight sore itu. Tanpa kontak berarti, dua mobil McLaren beradu strategi dan nyali. “Kami berdua tahu batasnya, dan saya percaya pada Oscar sebagai pembalap yang fair,” kata Lando. 

Terkait prospek di Monaco, Norris tetap kalem. “Tidak ada tikungan cepat di sana, jadi kita lihat saja. Tapi kami akan siap.” 

 

Piastri: Pelajaran Berharga dari Tikungan Pertama 

Start bagus tak selalu menjamin hasil manis—itulah pelajaran yang didapat Oscar Piastri. Dari posisi start kedua, ia sempat memimpin sejenak, namun terlalu dini mengerem di Tikungan 1, memberi jalan bagi Verstappen yang lebih agresif. 

 

“Saya mengerem terlalu cepat, Max melakukan langkah brilian. Kami juga membuat beberapa keputusan yang salah setelah itu,” akunya. 

 

Ditambah strategi dua pit stop yang membuatnya harus bertahan dengan ban keras lebih lama, Oscar tak bisa mempertahankan posisi kedua saat Norris menyerang di akhir balapan. “Saya sudah coba bertahan, tapi cengkraman ban terlalu minim,” jelasnya. 

 

Namun, Oscar tetap membawa pulang podium penting dan melihatnya sebagai pelajaran. “Saya akan belajar dari ini. Mungkin lain kali saya akan mengerem sepuluh meter lebih lambat,” ucapnya, setengah bercanda. 

 

Pertarungan Menuju Kejuaraan Makin Panas 

Dengan lintasan cepat seperti Imola menunjukkan kekuatan penuh Red Bull, namun McLaren tak bisa diabaikan. Konsistensi Norris dan agresivitas Piastri jelas menandai bahwa tim asal Woking ini bukan lagi penonton dalam perebutan gelar. 

Verstappen pun mengakui: “Di trek cepat, kami kuat. Tapi McLaren semakin dekat. Monaco bisa jadi cerita berbeda.” 

 

Jika balapan di Emilia-Romagna adalah pertunjukkan, maka Monaco minggu depan adalah panggung megahnya. Di jalan-jalan sempit Monte Carlo, strategi, presisi, dan sedikit keberuntungan akan jadi pembeda. Tapi satu hal pasti—pertarungan belum selesai. 

 

Klasemen Hasil GP Emilia-Romagna 2025 

1. Max Verstappen (Red Bull)

2. Lando Norris (McLaren)

3. Oscar Piastri (McLaren)

 

Lanjut ke Monaco. Siapakah yang akan menaklukkan jalanan kerajaan?

Senin, 19 Mei 2025

Otomotif
Formula 1
Putri Ariani Akan Tampil di Formula...

Jakarta, Hangoutproject.id - Nama Putri Ariani kembali mencuri perhatian. Kali ini, penyanyi muda berbakat asal Indonesia itu diumumkan akan tampil di ajang bergengsi Formula 1 Grand Prix Singapura 2025, salah satu perhelatan balap malam paling ikonik di dunia. 

 

Dilansir dari cnnindonesia.com  Putri dijadwalkan manggung pada 3 Oktober 2025 di Zona 4, tepatnya di DBS Foundation Outdoor Theater at Esplanade. Ia akan berbagi hari tampil dengan dua nama besar dari Korea Selatan, yaitu G-Dragon dan CL, yang akan tampil di panggung utama Padang Stage

 

Selain mereka, pada hari yang sama juga akan tampil musisi internasional lainnya seperti Oakë dan Indo Warehouse di berbagai panggung dalam area GP. 

 

Tak hanya hari Jumat, akhir pekan GP Singapura 2025 juga akan dipenuhi oleh penampilan musisi besar dunia. Di antaranya Foo Fighters, Alan Walker, Crowded House, dan BABYMETAL pada 4 Oktober, serta Elton John, The Smashing Pumpkins, dan The Wombats pada 5 Oktober. 

 

Dalam pengumuman resminya, pihak penyelenggara menyebutkan bahwa deretan musisi tahun ini akan semakin “memanaskan” suasana F1 di Marina Bay. “Kami semakin memanaskan Formula 1 Singapore Airlines Singapore Grand Prix 2025 dengan lebih banyak bintang!” tulis akun resmi F1 Night Race. 

 

Melanjutkan Jejak Musisi Indonesia di Panggung Dunia 

Keikutsertaan Putri Ariani menjadi momen penting karena ia melanjutkan jejak musisi Indonesia yang tampil di panggung internasional GP Singapura. Sebelumnya, band Voice of Baceprot (VoB) juga tampil di gelaran tahun sebelumnya, 2024. Mereka berbagi panggung dengan nama-nama seperti Black Eyed Peas, Green Day, hingga Westlife

 

Sejak pertama kali digelar pada 2008, Formula 1 Grand Prix Singapura memang dikenal bukan hanya sebagai ajang balapan malam yang spektakuler, tetapi juga sebagai pesta musik dunia. Konser-konser yang menyatu dengan suasana balapan malam di tengah kota menjadi daya tarik tersendiri yang membedakan GP Singapura dari seri F1 lainnya. 

 

Tiket untuk menonton ajang ini, termasuk berbagai penampilan musiknya, masih tersedia dan dapat dibeli melalui situs resmi singaporegp.sg

 

 

Suara Indonesia di Panggung Dunia 

Kehadiran Putri Ariani bukan hanya menjadi kebanggaan tersendiri, tetapi juga bukti bahwa bakat dari Indonesia bisa bersinar di panggung global. Dengan suara khas dan semangat yang kuat, Putri akan membawa warna berbeda di antara deretan bintang dunia di GP Singapura 2025. 

 

Tanggal sudah ditetapkan, panggung sudah disiapkan. Kini tinggal menunggu Putri Ariani memukau penonton di salah satu ajang paling megah di dunia.

Selasa, 20 Mei 2025

Musik Indo...
Formula 1
“Drive to Survive” Raih Penghargaan...

Jakarta, Hangoutproject.id - Netflix kembali mencetak sejarah di dunia olahraga — bukan lewat pertandingan, tapi lewat layar kaca. Serial dokumenter populer Drive to Survive resmi meraih Penghargaan Emmy bergengsi dalam kategori “Outstanding Sports Documentary Series — Serialised” pada ajang Sports Emmy tahun ini. Penghargaan ini diberikan untuk musim keenam serial tersebut, yang mengangkat kisah di balik musim Formula 1 2023. 

 

Ini menjadi kemenangan kedua bagi Drive to Survive di kategori yang sama, setelah sebelumnya membawa pulang piala yang sama pada tahun 2022. Tak hanya menjadi bukti kualitas produksi, pencapaian ini juga menunjukkan betapa serial ini telah menjadi jembatan antara olahraga balap dan jutaan penonton dari berbagai latar belakang.

 

 

Lebih dari Sekedar Balapan 

Dilansir dari formula1.com sejak pertama kali diluncurkan pada 2019 oleh rumah produksi Box to Box Films, Drive to Survive langsung mencuri perhatian. Dalam waktu kurang dari satu dekade, serial ini telah ditonton lebih dari 700 juta kali secara global — angka yang luar biasa untuk sebuah dokumenter olahraga. 

 

Musim keenam yang menjadi sorotan tahun ini meliput dominasi mutlak Max Verstappen, yang mengunci gelar juara dunia ketiganya dengan memenangi 19 dari 22 Grand Prix. Di atas kertas, musim tersebut bisa saja terlihat “kurang dramatis” karena kurangnya pertarungan gelar yang ketat. Namun, para pembuat serial justru menemukan sudut pandang menarik: pertarungan sengit di posisi dua hingga empat, serta kisah-kisah manusia di balik helm dan setir. 

 

Kami sempat khawatir karena Red Bull sangat dominan, mungkin akan membuat cerita jadi datar,” ujar Produser Eksekutif James Gay-Rees kepada Formula1.com. “Tapi justru kami menemukan banyak sekali cerita yang layak diangkat, bahkan sempat berpikir untuk membuat lebih banyak episode dari biasanya.” 

 

 

Mengubah Cara Dunia Melihat F1 

Kesuksesan Drive to Survive tidak hanya diukur dari penghargaan atau jumlah penonton, tapi dari dampaknya terhadap Formula 1 itu sendiri. Serial ini berhasil memperkenalkan F1 kepada penonton baru — khususnya di pasar Amerika Serikat yang sebelumnya relatif dingin terhadap olahraga balap roda empat ini. 

 

Kini, F1 menjadi bagian dari budaya pop. Nama-nama seperti Verstappen, Hamilton, Leclerc, hingga tim-tim seperti Haas dan McLaren, bukan lagi sekedar jargon teknis di antara penggemar berat, tapi sudah menjadi cerita dengan wajah, emosi, dan konflik — berkat cara Drive to Survive membingkainya dengan gaya dokumenter yang sinematik. 

 

 

Terus Melaju 

Musim ketujuh dari Drive to Survive telah dirilis pada bulan Maret 2025 dan tersedia lengkap di Netflix bersama seluruh musim sebelumnya. Dengan popularitas yang terus meningkat dan kualitas produksi yang konsisten, serial ini tampaknya masih akan terus melaju, membawa Formula 1 lebih dekat ke penonton yang lebih luas. 

 

Drive to Survive bukan hanya tayangan dokumenter. Ia adalah kisah tentang ambisi, tekanan, kegagalan, dan kemenangan. Dan Emmy ini hanyalah pit stop berikutnya dalam perjalanan panjang yang belum menunjukkan tanda-tanda melambat. 

 

Ketika trek balap sudah sepi, kisahnya tetap bergema — di layar, di hari penonton, dan kini di panggung Emmy.

Jumat, 23 Mei 2025

Formula 1
F1